Friday, February 24, 2012

rasa yang tersembunyi...

Mari jujur pada diri.
Pada hati.

Akuilah kenyataan ini…
Bahawa kenyataannya
Kita yang bersifat manusia ini.
Terkadang ada "cinta" yang datang mengusik jiwa kita.
bersembunyi dibalik tirai keinginan yang amat sukar dimengertikan.
Sehingga kita lena dalam angan hingga terbayang satu keindahan yang ingin kita miliki.
Terasa seolah kita menanti sesuatu
sesuatu yang akan membuatkan kita bebas bahagia di awang - awangan.
Terkadang kita rasa ingin membuang perasaan ini
membuangnya jauh - jauh dari hidup kita
tapi ia tetap menerjah kita
seperti ombak
seperti badai
pergi dan datang
pergi dan datang
tanpa kita dapat menolaknya
malah bertambah kuat menghempas kita

Kita tidak tahu kapan harus kita sembunyikan hati dan perasaan ini
Bukan kita minta ianya berlaku
Bukan kita minta ianya menyusup dalam hati kita
Bukan kita minta untuk menyukai cinta itu
Namun disitulah ia berbunga
disitulah ia mekar
disitulah ia menguntum
dan mengharumkan hati hati kita
meskipun hati dan rindu ini kita sorokan
dibalik mata manusia
.

Kadang kita bertanya
Kemana cinta itu harus dilontarkan?
Namun terkadang
cinta itu diam sahaja
Ia beku
diam dan terus membisu
Seolah iman tidak mampu menjawab soalan itu.
Dalam mencari jawaban..
baru kita sedar


Cinta
Yang paling menenangkan
Yang paling mendamaikan
Yang paling menyejukkan
Hanya cinta kepada Pencipta Cinta







Hasbi Rabbi jallallah

Ma fi qalbi ghairullah.

Monday, February 13, 2012

sukanya ALLAH bila hambaNYA bertaubat

Kisah kali ini ialah mengenai betapa sukanya Allah bila seseorang hambaNya kembali kepadaNya selepas melakukan dosa-dosa. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim menjelaskan perkara ini.
Nu'man bin Basyir berkhutbah, "Sungguh, Allah lebih berbahagia dengan taubat hambaNya lebih dari seorang lelaki yang membawa makanan dan minumannya di atas punggung unta, kemudian dia berjalan. Sesampainya di daerah yang sepi, datanglah waktu untuk qoilulah (tidur siang). Dia turun dan berqoilulah di bawah pohon. Dia tertidur dan untanya pergi meninggalkannya. Dia terbangun lalu berjalan beberapa jarak, tetapi dia tidak menemukan apa pun. Kemudian dia berjalan beberapa jarak untuk kedua kalinya, tetapi dia tetap tidak menemukan apa pun. Lalu dia berjalan beberapa jarak untuk ketiga kalinya, tetapi dia masih tidak menemukan apa pun. Dia kembali mendatangi tempat di mana dia beristirahat siang. Manakala dia sedang duduk, tiba-tiba untanya datang berjalan hingga ia menjatuhkan tali kekangnya di depannya. Sungguh Allah lebih berbahagia dengan taubat seorang hamba daripada orang ini manakala dia menemukan untanya."

Dalam hadis yang lain lelaki tersebut lalu berkata : "Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah tuhanmu." Lantaran terlalu gembira.
Pengajaran hadis :

<!---->1.  Keutamaan taubat. Taubat menjadikan Allah reda. Allah lebih berbahagia dengan taubatnya seorang hamba daripada lelaki yang berdepan dengan maut kerana terlalu dahaga tiba-tiba menemui air.

<!---->2. Menetapkan sifat farah (berbahagia) bagi Allah. Bahagianya Allah adalah sifat yang sesuai dengan keagungan dan kesempurnaan-Nya, tidak disamakan dengan bahagianya makhluk. Ini berpijak kepada firman Allah, "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengannya dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. Asy-Syura: 11)

<!3. Kasih sayang dan rahmat Allah kepada hamba-Nya. Dia mengembalikan unta laki-laki ini setelah dia berputus asa darinya.

<!4. Hendaknya seseorang berhati-hati. Seandainya lakilaki ini mengikat untanya, maka apa yang terjadi padanya tidak akan terjadi.

<!5.Allah tidak menyalahkan orang yang dikuasai oleh emosi yang berlebihan dan kehilangan kemampuan berfikir kerana takut atau senang atau marah, lalu dia mengatakan sesuatu yang tidak diinginkannya, sebagaimana Allah tidak menyalahkan laki-laki ini atas ucapan yang dikatakannya. Seandainya dia bermaksud mengucapkan hal itu, nescaya dia telah kufur kepada Allah.

<!6. Boleh seseorang menceritakan ucapan orang lain yang salah, seperti Rasulullah yang menceritakan ucapan laki-laki ini dan sebagaimana Al-Qur'an menyampaikan ucapan orang-orang yang mengatakan kekufuran. Seperti ucapan mereka, "Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya." (QS. Ali Imran: 181) Dan ucapan mereka, "Tangan Allah terbelenggu. Sebenarnya tangan merekalah yang terbelenggu dan mereka itu dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu." (QS. Al-Maidah: 64)

Thursday, February 09, 2012

ujian yang sebenar adalah ketika bersendirian...

Kebanyakan manusia dapat meninggalkan dosa dan maksiat bila berada di khalayak ramai. Malah mereka giat menyeru kepada kebaikan dan melarang daripada melakukan kemungkaran. Itu Merupakan akhlak yang terpuji. Namun belum pasti ketika bersendirian dia mampu mengawal hawa nafsunya dari melakukan dosa. Semuanya bergantung kepada kekuatan iman.

Inilah sebenarnya ujian yang sebenar. Dapat meninggalkan dosa di depan orang ramai adalah tidak menghairankan. Sifat malu dan takut maruah diri tercemar telah menghalang dirinya dari melakukan dosa. Namun bila bersendirian dan ketika tiada sesiapa yang memandangnya belum pasti dia mampu mencegah dirinya dari melakukan dosa.



Allah telah melarang kita dari melakukan sebarang dosa baik secara terbuka mahupun ketika bersendirian. Terdapat ancaman akibat melakukan dosa secara bersendirian iaitu sabda Nabi saw :

“Sesungguh aku mengetahui satu kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa banyak kebaikan  seperti bukit Tihamah kemudian Allah menjadikannya seperti debu yang berterbangan.” Maka sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, berikanlah ciri mereka kepada kami agar kami tidak termasuk golongan mereka dalam keadaan tidak sedar.”

 Maka beliau menjawab, “Adapun, mereka itu adalah saudara-saudara kamu, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang apabila bersendirian dengan apa yang diharamkan Allah maka mereka pun terjerumus ke dalamnya.”(  Ibn majah, disahihkan oleh al-Albaniy)

Kita pasti berdepan dengan situasi seperti ini. Hanya kekuatan iman sahaja yang dapat seseorang itu mampu mencegah dirinya dari melakukan dosa. Allah sengaja memudahkan seseorang itu berdepan dengan perkara yang diharamkan untuk menguji sejauh mana kemantapan imannya.
Seseorang yang mampu meninggalkan dosa ketika bersendirian, ketahuilah bahawa dia seorang yang hebat dan mempunyai keimanan yang mantap.
Firman Allah :

 “Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Rabbnya Yang tidak tampak oleh mereka, mereka akan memperoleh keampunan dan pahala yang besar”. ( Surah al-Mulk, ayat 12)

Namun demikian seseorang yang melakukan dosa secara bersembunyi jauh lebih baik dari seseorang yang menzahirkan pendurhakaan kepada Allah SWT. lebih buruk lagi dia berbangga-bangga dengannya. Mereka ini tidak berpeluang untuk mendapat keampunan Allah. Sabda Nabi saw :

“Semua umatku akan dimaafkan kecuali orang yang melakukan dosa secara terang-terangan. Termasuk perbuatan dosa yang terang-terangan ialah apabila seorang itu pada malam hari melakukan perbuatan (dosa) lalu menemui waktu pagi dalam keadaan dosanya telah ditutupi oleh Rabbnya, namun setelah itu dia mengatakan, ‘Wahai fulan, tadi malam saya melakukan ini dan itu’. Padahal sepanjang malam itu Rabbnya telah menutupi aibnya sehingga dia pun dapat melalui malamnya dengan dosa yang telah ditutupi oleh Rabbnya itu.Tetapi pagi harinya dia  menyingkap tabir yang Allah berikan untuk menutupi aibnya itu.” ( Imam al-Bukhari dan Muslim)

Sebagai insan yang lemah kita amat sukar untuk kita menghindari dosa secara total. Itu adalah realiti dan jelaskan oleh Nabi saw dalam sebuah hadis.

"Setiap anak cucu Adam melakukan  dosa dan sebaik-baik orang yang yang melakukan dosa ialah mereka yang bertaubat." ( Ibn Majah)

Untuk menutup kelemahan ini Allah SWT mengajar kita agar bertaubat setiap masa. Firman Allah :

"Wahai orang beriman, bertaubatlah kamu kepada Allah dengan taubat nasuha. Mudah-mudahan Tuhan kamu menghapuskan kesalahan kamu dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai." (Surah at-Tahrim, ayat 8)

Semoga Allah mengurniakan kepada kita iman yang kuat dan mantap serta memimpin kita semua ke jalan yang diredaiNya.

Wednesday, February 08, 2012

membentengi rumah dari syaitan...

Syaitan merupakan musuh utama anak Adam. Oleh yang demikian kita hendaklah berusaha agar membentengi diri dan rumah daripadanya.firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا

“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagi kalian maka jadikanlah dia sebagai musuh.” (Fathir: 6)

Yang namanya musuh tentu selalu berupaya mencari celah untuk mencelakakan orang yang dimusuhinya. Yang disebut musuh pasti ingin menghancurkan orang yang dimusuhinya. Salah satu target utama syaitan adalah merusak sebuah keluarga, menghancurkan ikatan di antara anggota-anggotanya.

Maka yang paling dekat di antara mereka dengan iblis adalah yang paling besar fitnah yang ditimbulkannya. Datang salah seorang dari anak buah iblis menghadap iblis seraya berkata, “Aku telah melakukan ini dan itu.” Iblis menjawab, “Engkau belum melakukan apa-apa.” Lalu datang syaitan yang lain melaporkan, “Tidaklah aku meninggalkan dia (anak Adam yang diganggunya) hingga aku berhasil memisahkan dia dengan istrinya.” Maka iblis pun mendekatkan anak buahnya tersebut dengan dirinya dan memujinya, “Engkaulah yang terbaik.” (HR. Muslim no. 7037)

Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu menerangkan bahwa iblis berpusat di lautan, dan dari situlah ia mengirim tentara-tentaranya ke penjuru bumi. Iblis memuji anak buahnya yang berhasil memisahkan suami dengan istrinya, karena kagum dengan apa yang dilakukan si anak buah dan ia dapat mencapai puncak tujuan yang dikehendaki iblis. Iblis pun merangkulnya. (Al-Minhaj, 17/154-155)
Di antara perkara yang boleh kita lakukan untuk membentengi rumah kita adalah:

1. Mengucapkan salam ketika masuk rumah dan banyak berzikir, walaupun tiada sesiapa di dalam rumah itu.

Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata, “Disenangi seseorang mengucapkan bismillah dan banyak berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala serta mengucapkan salam, sama saja apakah dalam rumah itu ada manusia atau tidak, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

فَإِذَا دَخَلْتُمْ بُيُوتًا فَسَلِّمُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِنْ عِنْدِ اللهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

“Apabila kalian masuk ke rumah-rumah maka ucapkanlah salam (kepada penghuninya yang berarti memberi salam) kepada diri-diri kalian sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberkahi lagi baik.” (An-Nur: 61) [Al-Adzkar, hal. 25]

2. Berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika makan dan minum.

Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللهَ عِنْدَ دُخُوْلِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ: لاَ مَبِيْتَ لَكُمْ وَلاَ عَشَاءَ. وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يَذْكُرِ اللهَ عِنْدَ دُخُوْلِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيْتَ. وَإِذَا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ عِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيْتَ وَالْعَشَاءَُ

Apabila seseorang masuk ke rumahnya lalu ia berzikir kepada Allah saat masuknya dan ketika hendak memakan makanannya, berkatalah syaitan, “Tidak ada tempat bermalam bagi kalian dan tidak ada makan malam.” Bila ia masuk rumah dalam keadaan tidak berzikir kepada Allah ketika masuknya, berkatalah syaitan, “Kalian mendapatkan tempat bermalam.” Bila ia tidak berzikir kepada Allah ketika makannya, berkatalah syaitan, “Kalian mendapatkan tempat bermalam sekaligus makan malam.” (HR. Muslim no. 5230)


3. Banyak membaca Al-Qur’an dalam rumah

Al-Qur’anul Karim akan mengharumkan rumah seorang muslim dan akan mengusir para syaitan. Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu mengabarkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Permisalan seorang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah seperti buah atrujah, baunya harum dan rasanya enak. Permisalan seorang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma, tidak ada baunya namun rasanya manis. Adapun orang munafik yang membaca Al-Qur’an permisalannya seperti buah raihanah, baunya wangi tapi rasanya pahit. Sementara orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah hanzhalah, tidak ada baunya, rasanya pun pahit.” (HR. Al-Bukhari no. 5020 dan Muslim no. 1857)

Apa persangkaan anda bila seorang mukmin sering menghiasi rumahnya dengan membaca dan mentartilkan kalamullah? Tidak lain tentunya kebaikan.

Disamping itu, membaca Al-Qur’an di rumah dengan penuh kekhusyukan menjadikan para malaikat akan mendekat. Seperti kejadian yang pernah dialami seorang sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bernama Usaid ibnu Hudhair radhiyallahu ‘anhu. Suatu malam Usaid tengah membaca Al-Qur’an di tempat pengeringan kurma miliknya. Tiba-tiba kudanya melompat. Ia membaca lagi, kudanya melompat lagi. Ia terus melanjutkan bacaannya dan kudanya juga melompat. Usaid berkata, “Aku pun khawatir bila sampai kuda itu menginjak Yahya (putra Usaid, pen.), hingga aku bangkit menuju kuda tersebut. Ternyata aku dapati di atas kepalaku ada semacam naungan. Di dalamnya seperti lentera-lentera yang terus naik ke udara sampai aku tidak melihatnya lagi (hilang dari pandanganku). Di pagi harinya aku menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Usaid kemudian menceritakan apa yang dialaminya, setelahnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan:

تِلْكَ الْمَلاَئِكَةُ كَانَتْ تَسْتَمِعُ لَكَ، وَلَوْ قَرَأْتَ لَأَصْبَحَتْ يَرَاهَا النَّاسُ، مَا تَسْتَتِرُ مِنْهُمْ

“Itu adalah para malaikat yang mendengarkan bacaanmu. Seandainya engkau terus membaca Al-Qur’an niscaya di pagi harinya manusia akan dapat melihat naungan tersebut, tidak tertutup dari mereka. “ (HR. Muslim no. 1856 )

Dalam riwayat Al-Bukhari (no. 5011) dari Al-Bara’ radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Ada seorang lelaki membaca surah Al-Kahfi sementara di sisinya ada seekor kuda yang diikat dengan dua tali. Lalu orang tersebut diliputi oleh awan yang mendekat dan mendekat. Mulailah kudanya lari karena terkejut. Ketika di pagi harinya ia mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu diceritakannya kejadian yang dialaminya maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تِلْكَ السَّكِيْنَةُ تَنَزَّلَتْ بِالْقُرْآنِ

“Itu adalah as-sakinah yang turun dengan Al-Qur’an.”

Diperbincangkan oleh para ulama seperti apa as-sakinah tersebut. Namun pendapat yang terpilih, kata Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu, as-sakinah adalah sesuatu dari makhluk-makhluk yang di dalamnya ada thuma’ninah (ketenangan), rahmah (kasih sayang), dan bersamanya ada para malaikat. (Fathul Bari, 9/73)

4. Membaca surah Al-Baqarah dalam rumah

Bila engkau merasa di rumahmu demikian banyak masalah, banyak penyimpangan dan anggota-anggotanya saling berselisih, maka ketahuilah syaitan hadir di rumahmu, maka bersungguh-sungguhlah mengusirnya. Bagaimanakah cara mengusirnya? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan jawabannya dengan sabda beliau:

إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ سَنَامًا، وَسَنَامُ الْقُرْآنِ سُوْرَةُ الْبَقَرَةِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ إِذَا سَمِعَ سُوْرَةَ الْبَقَرَةِ تُقْرَأُ خَرَجَ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي يُقْرُأُ فِيْهِ سُوْرَةُ الْبَقَرَةِ

“Sesungguhnya segala sesuatu ada puncaknya dan puncak dari Al-Qur’an adalah surah Al-Baqarah. Sungguh syaitan bila mendengar dibacakannya surah Al-Baqarah, ia akan keluar dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al-Baqarah tersebut.” (HR. Al-Hakim, dihasankan Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 588)

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mengabarkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

لاَ تَجْعَلُوْا بُيُوْتَكُمْ مَقَابِرَ، إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيْهِ سُوْرَةُ الْبَقَرَةِ

“Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan. Sesungguhnya syaitan akan lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan surah Al-Baqarah.” (HR. Muslim no. 1821)

5. Banyak melakukan shalat nafilah/sunnah di rumah

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma menyampaikan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Jadikanlah bagian dari shalat kalian di rumah-rumah kalian, dan jangan kalian jadikan rumah kalian seperti kuburan.” (HR. Al-Bukhari no. 432 dan Muslim no. 1817)

Dalam syariat disebutkan pelarangan shalat di kuburan. Karenanya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita menjadikan rumah kita seperti kuburan, dengan tidak pernah dilakukan ibadah di dalamnya. Beliau menghasung kita agar memberi bagian shalat sunnah untuk dikerjakan di dalam rumah.

Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan galakan untuk mengerjakan shalat nafilah (sunnah) di rumah, karena hal itu lebih ringan dan lebih jauh dari riya, lebih menjaga dari perkara yang dapat membatalkannya. Juga dengan mengerjakan shalat nafilah di rumah akan memberi keberkatan bagi rumah tersebut. Akan turun rahmat di dalamnya, demikian pula para malaikat. Sementara syaitan akan lari dari rumah tersebut.” (Al-Minhaj, 6/309)
)
Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu menyampaikan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
مَثَلُ الْبَيْتِ الَّذِي يُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ وَالْبَيْتِ الَّذِيْ لاَ يُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ

“Permisalan rumah yang disebut nama Allah di dalamnya dan rumah yang tidak disebut nama Allah di dalamnya seperti permisalan orang yang hidup dan orang yang mati.” (HR. Muslim no. 1820)